Pesantren adalah sebuah
pendidikan yang santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan asatidz dan asatidzah, di pantau langsung oleh pimpinan
pesantren yang mana dikalangan anak santri menyebutnya kiai atau abah. Serta
di fasilitasi tempat atau asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut
berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk
belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh
tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan
satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
terbuat dari bambu.
Di samping itu, kata pondok
mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa
termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa,
sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami sebagai
lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di
mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan
para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
Dahulu ketika saya nyantri di
pesantren Darul amanah, berlokasi di Kendal-Jawa tengah tepat di tengah-tengah
hutan yang dahulu dianggap keramat bagi masyarakat ataupun orang yang melintasi
daerah tersebut yang sering disebut alas roban. Akan tetapi pandangan bahwa
alas roban yang dahulunya terkesan seram dan angker sekarang semenjak pondok
pesantren Darul Amanah berdiri hingga sekarang, alas riban tak lagi bernuansa
seram maupun angker. Berbagai macam pengalaman yang sangat berharga.Mulai dari
gaya pendidikan,bersosialisasi, kedisiplinan, dan cara santri mengambil makan
dengan mengantri. Gaya berpakaian santri pun sangatlah khas bila kita
perhatikan, yah bagaimana tidak. Tentu pakaian keseharian para santri adalah
dengan mengenakan baju koko dan memakai sarung. Di pondok pesantren sangat
amatlah banyak penaglaman dan segudang ilmu yang ada disana. Banyak yang bisa
di ambil untuk di jadikan tameng kehidupan yang teramat ampuh.
Keunikan ketika menyantri juga
terlihat ketika saya atau para santri sedang melakukan kegiatan seperti mandi ,
makan , muhadasah, muhadoroh, berjamaah sholat di masjid,
taek-wondo,pramuka,mufrodat,belajar bersama, tandifula’m dan kegiatan-kegiatan
yang lain pasti akan dihitung oleh pengurus dari kaka kelas atau yang kerap
disebut dengan qismul amni atau bagian keamanan pondok. Jari telunjuk para
qismul amni bagi para santri adalah pertanda yang sangat sakral. Ketika jari
itu di acungkan maka semua santri dari mulai yang kecil hingga besar berlarian
kesana kemari menuju ke tempat yang sudah di tentukan.
Apabila ada yang
terlambat maka mereka bahkan saya bisa mendapatkan i’qob atau hukuman, dari
mulai berlari mengitari lapangan futsal, mengangkat kaki satu dan menjewer
telinga, skot jump, bahkan push up pun kita semua pernah merasakan hal yang
seperti itu. Bagi kami ataupun saya itu adlah sebuah ilmu atau pendidikan yang
sangat berharga. Karena selogan pondok sudah terpampang sangatlah besar bahwa “
DISPLIN ITU TIDAK ENAK, TAPI TIDAK ENAK LAGI KALAU TIDAK DISIPLIN ”, itulah
yang menjadikan kami bersemangat untuk menjalani semua kegiatan yang ada,
karena kata guru saya di pondok mengatakan “ MANJADDA WAJADA” barangsiapa yang
bersungguh-sungguh maka akan dapatlah ia. Kata kata yang sangat sederhana akan
tetapi itu merupakan mantra bagi santri untuk lebih menyelami samudra ilmu dan
kerasnya hidup ketika sudah keluar dari pesantren alias sudah menjadi
Alumni.sudah barang tentu semua kenangan-kenangan itu akan menajdi hal yang
sangat berharga dan pasti sangat rindu bila kita atau saya sendiri mengingat
masa lalu yang sangat Indah.
No comments:
Post a Comment